Memento Mori

Waktu jaman kekaisaran Roma dulu, setiap ada Jendral yang berhasil menang dalam suatu pertempuran, dia akan melakukan semacam perayaaan yang berupa parade yang dinamakan dengan Triumph. Dalam parade tersebut, para budak berdiri persis dibelakang Jendral tersebut dan meneriakkan ungkapan "Respice post te! Hominem te esse memento!" : "Look behind you! Remember that you are but a man!". Atau yang dipersingkat menjadi “Memento Mori” : "Remember that you are mortal!".


Memento Mori, mungkin itu salah satu ungkapan yang paling relevan sampai saat ini. Manusia terlalu angkuh, arogan, dan merasa sebagai species yang paling tinggi diantara species yang lain. H.G Wells dalam War Of The World, mengingatkan kita akan hal ini. Dengan kearogansiannya manusia merasa bisa menaklukan alam semesta ini tanpa menyadari bahwa ada hal lain di “luar” sana. M Night Shyamalan dalam The Happening, juga mengingatkan kita akan keangkuhan manusia yang semena-mena terhadap alamnya. Tolkien dalam Lord Of The Rings, malah menggambarkan manusia sebagai ras yang paling serakah, bahkan lebih serakah dari Dwarf (kurcaci), dan haus akan kekuasaan. Di dunia nyata, manusia rela mengorbankan segala-galanya, termasuk “Tuhan”nya, demi mendapatkan harta, kekuasaan, pengakuan dan popularitas. Tapi ada satu hal yang kadang Manusia lupa, mereka lupa sama kodrat asalnya dia sebagai “manusia”. Manusia suatu saat akan mati. Manusia pasti akan mati. Manusia memang harus mati. Manusia diciptakan untuk dimatikan kembali. Harta, kekuasaan, pengakuan dan popularitas tidak akan dibawa mati. Tapi Keangkuhan, kearogansian dan ketamakan akan dibawa sampai pada “pertanggung jawaban” terakhir. Kemortalisasian manusia di dunia seharusnya dimanfaatkan oleh hal-hal yang lebih berguna, karena semuanya hanya bersifat sementara. Bumi hanya menjadi tempat penitipan sementara bagi manusia untuk tinggal di dunia yang lebih mulia lagi nantinya. Segala hal yang dilakukan manusia di dunia yang mortal ini, ada baiknya untuk selalu mengingat akan kodrat asal manusia itu sendiri, yaitu “mahluk yang tidak abadi”. Gimana cara untuk selalu mengingat hal ini, gampang, selalu bersyukur. Bersyukur karena kita dilahirkan sebagai manusia. Bersyukur karena kita masih bisa makan dan bekerja. Bersyukur karena dari hasil kita bekerja kita mendapatkan harta. Bersyukur karena apa yang kita perbuat bisa mendapatkan pengakuan dan popularitas. Bersyukur karena banyak orang diluar sana yang menyayangi kita. Bersyukur kalau sampai detik ini, kita masih diberi kesepatan untuk bernafas dan memperbaiki semua kesalahan-kesalahan kita. Inilah maksud dari ungkapan Memento Mori. Para budak mengingatkan para jendralnya, untuk jangan terlalu larut dengan kemenangannya, tapi ingatlah bahwa suatu saat nanti bisa saja si Jendral itu akan bertukar tempat dengan si budak. Karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Bersyukur adalah jalan untuk selalu mengingat kodrat asal kita dan segala hal yang kita dapat di dunia ini, kecil maupun besar.

Cheers

Superman

......Batman is actually Bruce Wayne, Spider-Man is actually Peter Parker. When that character wakes up in the morning, he's Peter Parker. He has to put on a costume to become Spider-Man. And it is in that characteristic Superman stands alone. Superman didn't become Superman. Superman was born Superman. When Superman wakes up in the morning, he's Superman. His alter ego is Clark Kent. His outfit with the big red "S",

that's the blanket he was wrapped in as a baby when the Kents found him. Those are his clothes. What Kent wears - the glasses, the business suit - that's the costume. That's the costume Superman wears to blend in with us. Clark Kent is how Superman views us. And what are the characteristics of Clark Kent. He's weak... he's unsure of himself... he's a coward. Clark Kent is Superman's critique on the whole human race.
- from Kill Bill vol 2

Gw suka banget sama perumpamaan diatas. Superman memang terlahir sebagai Superman/Kal-El. Pada dasarnya dia memang udah super dari sananya (Planet Krypton), justru Clark Kent itu yang menjadi alter egonya dia di bumi. Clark Kent, ironisnya digambarin bernalik 180 derajat dengan Superman itu sendiri. Dia berprofesi sebagai wartawan yang loser banget, kacamata dengan frame tebel, rambut belah pinggir, canggung kalo di depan cewe, tindakannya selalu nggak diperhitungkan sehingga kita bisa lihat kalo Clark Kent itu orang yang cupu abiss. Jadi emang bener kalo Clark Kent itu sebagai kritik sosial Superman terhadap manusia pada umumnya. Mungkin dia melihat seperti itulah manusia sehingga dia menggunakan sosok Clark Kent untuk bisa berbaur dengan manusia-manusia yang lain.
Sekarang coba kita analogikan seperti ini:
  • Superman : Dari warna kostumnya yang merah, biru bisa kita samakan dengan bendera Amerika
  • Clark Kent : manusia pada umumnya selain Amerika.
Superman, diciptakan sama orang Amerika dan menjadi simbol kebanggaan mereka yang berhasil dijual hampir diseluruh dunia. Superman is Amerika. Powerfull, can do anything nyaris nggak ada kelemahannya. Dia menjadi sosok pelindung "umat manusia" sehingga kita memuja dia sebagai savior . Tapi apa bener seperti itu ? Well, Superman juga punya kelemahan, batu Kryptonite. Kecil, tapi cukup ampuh untuk melumpuhkan seluruh kekuatan dia. Sekarang, Indonesia, negara yang dipandang "kecil" di dunia luar (setidaknya itu yang gw tau), apakah bisa menjadi Kryptonite atau cuma batu-batu kecil lainnya yang bukan tandingan "Superman" ?

cheers



The Incredible Hulk

Pada dasarnya nih film cukup entertaining walaupun kurang menggigit (IMHO). Kalo dibandingin sama Iron Man, masih kalah jauhlah tapi kalo dibandingin Hulk-nya Ang Lee, yang satu ini emang lebih menarik untuk dinikmatin filmnya. Ada beberapa point aja yang ajdi perhatian gw:

1. CGI-nya lumayan oke koq, lebih berasa hidup dan sangar, yang gw suka, otot2nya kelihatan hidup. Cuma untuk ekspresinya si Hulk, kayanya kurang oke. Masih berasa banget CGI-nya. Gw belom pernah lihat efek CGI sekeren Gollum di LOTR dimana dari segi fisik, karakter dan psikologisnya berasa real banget, bikin kita bener2 percaya kalo mahluk kaya gitu bener2 ada.

2. Edward Norton not badlah jadi si Bruce Banner, Liv Tyler nggak banget jadi Betty Ross, William Hurt cukup mantap dari segi acting untuk meranin Gen Ross cuma secara fisik lebih mirip Sam Elliot, Tim Roth cukup memberi warna untuk karakter Blonsky cuma Gen Thade di Planet of the apes still the best villians.

3. Kayanya di pertengahan film, kalo nggak salah pas si Bruce Banner lagi jalan di Brazil, background musicnya (solo piano) kayanya diambil dari serial Hulk ya ? ada yang perhatiin nggak ?

4. Gw notice 1 hal di film ini, di setiap seragam tentara america ada badge bendera america di lengan kanannya. Tapi benderanya koq kebalik ya ? mustinya kan bintang2nya itu di sebelah kiri atas, tapi ini di sebelah kanan atas. Ada yang tau sebabnya ?

5. Nick Fury sebenerny muncul di film ini, cuma namanya doang di opening title... hehehehe

6. Gw bukan penggemar comic superhero, buat penggemar comic superhero mungkin ada yang bisa jawab pertanyaan gw:
- Di akhir film waktu Tony Stark muncul, sebenrnya dia ngajak Gen Ross untuk gabung ke The Avenger atau ngajak gabung untuk ngelawan Hulk ?
- Dr Stern di akhir film itu bakal jadi the next villian ya ?

7. Big Hole in this movie, masa si Bruce Banner cuma modal baju dan celana robek2 bisa pergi ke Virginia dari Guatemala.. ?!? emangnya nggak perlu lewat imigrasi ya ? atau dia sengaja berubah jadi hulk dulu biar bisa loncat? hehehehehe

Kayanya segitu aja sih, Overall cukup bagus filmnya.

Yang paling bertanggung jawab

Siapakah yang paling bertanggung jawab atas kerusakan moral yang terjadi pada generasi sekarang karena semakin bebasnya media elektronik mengumbar budaya-budaya busuk disetiap acara yang mereka sajikan demi merauk uang sebanyak-banyaknya ?



source from wikipedia
Produser adalah seseorang yang bertanggungjawab secara umum terhadap seluruh produksi. Produksi yang dimaksud adalah produksi film, sinetron, dan program acara TV lainnya. Tugas seorang produser antara lain membuat perkiraan dana yang dibutuhkan untuk biaya suatu produksi. Sebagai seorang yang bertanggungjawab secara umum maka seorang produser juga terlibat secara tidak langsung dalam pekerjaan lainnya seperti pada pencari bakat, penulis skenario, penyunting gambar, dan sebagainya.

Moga-moga ada produser yang baca blog gw dan huruf yang gw cetak tebel itu bisa dijadiin bahan pertimbangan mereka ketika akan membuat suatu produksi!

Master Yoda - Star Wars: Episode I - The Phantom Menace

Fear leads to anger.
Anger leads to hate.
Hate leads to suffering.
Fear is the path to the dark side


THE HAPPENING

Elliot Moore, seorang guru science yang sedang mengalamai masalah dengan pernikahannya harus mengalami perjalanan panjang untuk keluar dari kotanya bersama dengan istri dan keponakannya (CMIIW) karena adanya serangan virus mematikan di sepanjang Pantai Timur Amerika.

Sebenernya sih jalan ceritanya cuma gitu doang, hampir mirip2 war of the worlds cuma kali ini musuhnya adalah alam.... hehehehehe. Ada beberapa comment dari gw tentang film ini:

1. IMHO, film ini lebih mencekam dari Sixth Sense. kenapa ? karena disini Syahmalan menampilkan atmospheric horror. Tanpa adanya setan tapi tetep mencekam. Dan 1 lagi, adegan-adegan horror yang ditampilkan disini mengingatkan gw sama adegan di film-film horror classic taun 80/90 an, terutama adegan waktu di rumah si nenek-nenek tua itu.

2. Akting para pemainnya standar aja, nggak ada yang luar biasa tapi nggak jelek-jelek amat. Ada yang bilang film ini bisa mematikan karirnya Mark Wahlberg, well... kalo menurut gw justru Mark Wahlberg emang orang yang paling pas untuk meranin Elliot Moore... ;P

3. Message yang mau disampaikan di film ini kurang kena, walaupun gw ngerti maksudnya. Sebenernya film ini kan mau menyampaikan ke kita, kalau Planet yang kita tempatin sekarang ini menganggap manusia sebagai ancaman buat "mereka" sehingga sebagai mahluk hidup yang memiliki naluri untuk bertahan, akhirnya planet ini menolak kehadiran manusia dengan menyebarkan semacam virus yang mematikan. Oke sih messagenya, cuma alasan dari "penolakan" itu yang kurang di explore, memang maksudnya itu kalau manusia semakain semena-mena sama lingkungan kita, tapi hal itu kurang di tonjolin selain lewat gambar pembuangan limbah polusi di salah satu adegan. Sebagai orang yang pernah nonton film2 sebelumnya Syahmalan, akhirnya sepanjang film jadi bertanya-tanya, ini film sebenernya tentang alam atau tentang Elliot Moore itu sendiri, formula yang digunakan di Signs.

4. Gw kehilangan 1 hal di film ini yang biasanya ada di film2nya Syahmalan, Twist Ending! Sepanjang film gw nebak2 twist macam apa yang mau di tampilin di film ini. Ternyata nggak ada. Beberapa "SPOILER" yang gw baca setelah nonton film ini, twist ending film ini justru terletak di akhir film waktu seorang scientist diwawancara di suatu televisi dimana dia bilang : "alam mulai menolak kehadiran manusia dan hal ini merupakan awal dari bencana", kemudian adegan berpindah ke suatu taman di Prancis dimana semua pengunjung taman mengalami hal yang sama seperti di Central Park. Tapi menurut gw, kalau memang itu Twist-nya, yaaaa.... dari pertengahan film juga udah ketebak. Malah karakter utamanya sendiri yang mengungkapkan hal itu... hehehehehe

Akhirnya,
The Happening bukanlah masterpiece dari Syahmalan. Film ini nggak lebih baik dari The Sixth Sense, Unbreakable atau Signs tapi film ini lebih baik dari Lady In The Water :)

Gw cukup terhibur dengan film ini. Dan menurut gw, Hollywood emang butuh "creator" seperti Syahmalan sebagai penyeimbang di industri perfilman Hollywood yang semakin lama semakin membosankan film2nya, even itu film2 Big Budget. Sebagai penggemar Syahmalan, gw justru berharap dia konsisten di jalur ini, Low budget movie with good message. Baik atau buruk hasil akhir eksekusinya, setidaknya gw mendapatkan experience yang beda dari setiap film2nya dia.

SlipKnot

Gw baru tau kalo ternyata SlipKnot pernah konser di Indonesia....

Another (not so important) conversation

4 orang sahabat, sebut aja namanya Cl, Sapi, Lemur, Cumi , sedang nongkrong di salah satu cafe di CiToS. Tiba-tiba, si Lemur melontarkan pertanyaan

Cumi : Eh, bedanya Capuchino sama Mocachino apaan sih ?

CL, yang paling pintar dari semuanya sudah akan menjawab pertanyaan itu, sebelom si Cumi nyamber secara tiba-tiba...


Lemur : Kalo Mocachino itu bahan dasarnya Moca....
Cumi : Lah, kalo Capuchino ?
Lemur : Capu...... !!!!!
Sapi, Lemur, Cumi : Huahahahahahahahahahaha..........

CL, yang paling pintar dari semuanya, hanya memandang keheranan dengan kelakuan sahabat-sahabatnya itu dan memposting kejadian itu di blog ini.... ;p

Dan inilah ke4 sahabat itu.....

Alkohol = Masuk Sorga

  • Orang-orang yang masuk sorga adalah orang-orang yang tidak berdosa
  • Dosa adalah perbuatan yang melanggar aturan yang berlaku yang dilakukan secara sadar
  • Mabok menyebabkan orang menjadi tidak sadar
  • Segala perbuatan yang dilakukan sama orang yang lagi mabok dilakukan secara tidak sadar
  • Kebanyakan minum minuman berlkohol menyebabkan orang mabok

Jadi:
  • Minumlah sebanyak-banyaknya minuman beralkohol supaya masuk sorga
Hahahahahahahahaha...........

Nasionalisme Yang Memudar

Selain moviefreaks, gw juga bisa dibilang penggemar buku, terutama buku-buku novel yang ada twist endingnya, buku-buku sejarah, biografi dan filsafat. Untuk yang 3 terakhir sih emang rada berat, Cuma banyak yang bisa gw dapet dari buku-buku kaya gitu kaya misalnya Max Havelar, catatan harian Hitler sampe buku-buku yang ngerangkum pemikiran-pemikiran Plato tentang keresahan dia akan dunia yang akan dating. Oke lah, gw nggak mau ngebahas yang berat-berat kaya gitu.

Gw Cuma pengen ngebahas 2 buku atau lebih tepatnya novel buatan penulis Indonesia, E.S Ito. Buku itu judulnya “Negara Kelima” dan “Rahasia Meede”. Disaat fenomena Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta mewabah Jakarta, yang menurut gw 2 buku itu terkesan Preachy, gw malah tenggelam sama 2 buku karya Ito tersebut yang menurut gw spektakuler… sekali lagi ini menurut gw ya. Mungkin ada yang udah baca, tapi gw yakin lebih banyak yang nggak, soalnya buku-buku itu terbit disaat fenomena Laskar Pelangi, Harry Potter dan gossip perceraian Ahmad Dhani-Maia lagi hot-hotnya dipublikasikan…. Hehehehehe. Makanya gw certain sedikit deh kenapa gw tergila-gila banget sama 2 novel ini.

Negara Kelima

Sebenernya ini novel pertama E.S Ito, tapi gw justru taunya setelah gw baca novel keduanya dia, Rahasia Meede. Sekerang novel ini dicetak ulang untuk menyambut Harkitnas. Ceritanya cukup berani, malah menurut gw sedikit gila. Tentang sebuah kelompok patriotik bernama Kelompok Patriotik Radikal (KePaRad) yang isinya anak-anak muda yang memiliki misi untuk membubarkan Indonesia dengan mengembalikan Nusantara ke bentuk “aslinya”. Di sisi lain, 3 ABG dan seorang Reserse Polda Metro Jaya (bahasa Indonesianya detektif) dibunuh dalam kurun waktu 48 jam, dan ditubuh mereka ditandai dengan pisau si pembunuh gambar Piramida. Seorang Polisi anggota Detsus Anti Teror Polda Metro Jaya (plesetan dari Densus 88, pasukan khusus yang dibentuk pemerintah untuk nangkepin teroris-teroris setelah kejadian Bom Bali), dituduh sebagai dalang dari 2 kasus tersebut. Didalam pelariannya Polisi tersebut dibantu sama dosen sejarah dari UI untuk mengungkap symbol yang ada di mayat-mayat tersebut. Ternyata dalam penyelidikan di dalam pelarian tersebut, sebuah fakta sejarah yang mengejutkan berhubungan erat dengan 2 kasus tersebut. Atlantis, sebuah benua yang hilang ditelan alam ternyata berhubungan dengan asal mula terbentuknya Nusantara dari mulai terbentuknya kerajaan Sriwijaya, Majapahit sampai Kabinet Darurat RI pimpinan Sjafirudin Prawiranegara.

Gila, itu kata-kata yang bisa gw bilang tentang novel ini. Ito berhasil mempelintir sejarah tentang Indonesia dicampur dengan imajinasi-imajinasi gilanya dia. Di Novel ini juga dia menyinggung tentang pudarnya rasa nasionalisme anak-anak muda di Jakarta yang lebih mendewakan pergaulan bebasnya, sejarah yang banyak dilebih-lebihkan sampai bobroknya system kepolisian di Indonesia. Pada akhirnya, hancurnya moralitas generasi-generasi penerus bangsa ini nggak lebih disebabkan karena ke-egoisan dan ketamakan para generasi-generasi pendahulunya. Cerita tentang Atlantis yang pernah di tulis Plato dengan lancar bisa dikaitkan dengan asal mula budaya Minangkabau dan Padang. Banyak hal yang gw pelajarin di novel ini seperti profesi Tukang Kaba, Tambo sampe asal mula orang padang menggunakan prinsip Matrilineal (menurunkan marga dari pihak ibu). Pram baru dan Dan Brown Indonesia telah muncul.

8,5 out of 10

Rahasia Meede

Kalo Negara kelima gw bilang novel yang gila, Rahasia Meede bisa gw bilang spektakuler. Bener-bener bisa bikin kita bertanya-tanya, sebenernya Negara seperti apa yang kit tinggalin sekarang ini. Karena udah cukup lama gw baca buku ini, jadi mungkin gw jabarin inti-intinya aja secara beberapa point udah agak lupa juga. Intinya sih nih buku certain tentang sebuah harta karun tak ternilai yang terpendam jauh dibawah kota Jakarta. Harta karun itu berasal dari VOC, serikat dagang Belanda yang menjadi awal penjajahan Belanda di Indonesia. Beberapa orang penting seperti sejarahwan, anggota DPR sampai ilmuwan tewas ditangan orang tak dikenal dengan meniggalkan pesan kematian di tiap korbannya berupa 7 dosa asal Mahatma Gandhi. Seorang wartawan media cetak, mahasiswi asal Belanda, agen khusus dari Kopasus dengan nama sandi Lalat Merah sampe kelompok bajak laut , saling berebut untuk ngedapetin harta karun tersebut. Awal mula kedatangan VOC, misi sesungguhnya dan para penngerak dari VOC sampai kejadian pasca KMB, Konferensi Meja Bundar, yang saat itu dipimpin oleh Bung Hatta menjadi latar belakang cerita. Malah diceritakan juga tentang adanya kota bawah tanah yang terbentang di bawah kota Jakarta dimana pintu masuknya berada tepat di atas Museum Jakarta dan ujungnya berada di Pelabuhan Tanjung Priok. Siapa yang akhirnya mendapatkan harta karun itu ? kayanya lebih seru kalo baca sendiri bukunya.

Jelas novel ini menunjukkan pendewasaan Ito dalam bercerita. Kita dibawa kedalam labirin yang berliuk-liuk ditambah dengan penjelasan-penjelasan sejarah masa lalu Batavia dari para tokoh-tokohnya membuat novel ini benar-benar menarik. Sekali baca, kayanya kita nggak bisa berhenti ditengah-tengah karena dari tiap bab ke bab selanjutnya saling berhubungan, formula yang sama digunakan oleh Dan Brown. Yang lebih gila lagi, ketika Ito mengaitkan hubungan antara Monas dengan symbol VOC, suatu hal yang sering kita lihat sebenarnya. Di novel ini juga, Ito mengungkapkan kegelisahannya tentang banyaknya pihak-pihak asing yang “menjajah” kita baik dari segi ekonomi maupun budaya. Pihak asing yang selalu menginginkan kita untuk selalu “tunduk” kepada mereka tanpa kita sadari. Dan rasa nasionalisme kita yang semakin lama semakin hilang karena maraknya budaya-budaya asing yang masuk ke Negara kita. Hal ini bisa dilihat semakin hedonisnya orang-rang Jakarta saat ini. Buku ini sangat direkomendasikan, bahkan Q Reviews mengatakan kalau buku ini jauh lebih bagus dari DaVinci Code-nya Dan Brown. Two Tumbs Up for E.S Ito.

9 out of 10


Nasionalisme….. itulah yang ingin disampaikan oleh kedua buku ini. E.S Ito bisa secara gambling bercerita tentang sejarah, yang sebenernya sering kita dengar ketika kita sekolah dulu seperti sejarah tentang Majapahit, Sriwijaya, Alexander The Great, PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) di Negara Kelima sampe awal mula kedatangan VOC, perang padri dan perang bubat, dan Konferensi Meja Bundar di Rahasia Meede lengkap dengan pelaku sejarah, tanggal dan tahunnya. Cerita yang terasa membosankan ketika dibawakan oleh guru sejarah waktu kita sekolah dulu ternyata bisa menarik ketika di ceritakan ulang oleh Ito. Keragaman budaya Indonesia-pun tidak luput dari perhatian Ito. Gimana dia menceritakan Kakehan, sebuah ilmu kuno yang mematikan dari Ambon, asal mula perjuangan rakyat Padang, kehidupan suku Dayak, profesi Tukang Kaba (pendongeng) yang mulai punah, hokum adat istiadat di padang yang dirangkum di dalam Tambo dan juga budaya Batavia yang memang dari dulu menjadi tempat transit dan pelabuhan bangsa-bangsa lain dan membawa banyak budaya seperti arab, India dan cina (Tionghoa). Membaca hal-hal tersebut terus terang bikin gw merasa bangga terhadap banyaknya budaya dan sejarah panjang di Indonesia. Hal yang sangat langka saat ini, terutama di Jakarta. Anak-anak sekarang lebih senang berdandan ala harajuku ketimbang ala pake kebaya atau batik, lebih senang nongkron di citos, Pim atau EX ketimbang jalan-jalan ke museum, lebih senang ngoleksi Naruto atau Detektif Conan ketimbang Wiro Sableng atau Si Buta dari Goa Hantu. Nasionalisme nggak perlu ditunjukkan seperti NagaBonar yang manjat ke atas patung Jend. Sudirman dan berteriak-teriak tapi dengan mengetahui asal mula sejarah bangsa kita dan mengenal budaya asli di tiap daerah di Nusantara ini menurut gw udah cukup. Bahkan dengan hafal Pancasila pun, yang Cuma 5 butir itu bisa jadi awal yang baik. Hal yang tampak sulit dilakukan sama Cinta Laura ;p E.S Ito, menurut gw berhasil membuat sejarah jadi menyenangkan. Membuat sejarah menjadi sesuatu yang menarik untuk didalami, terutama sejarah bangsa kita. Dan yang pasti, E.S Ito bisa mengajak kita untuk lebih merasa “memiliki” bangsa ini dan menumbuhkan rasa nasionalisme kita dengan cara yang tidak menggurui.

Mudah-mudahan tulisan gw ini bisa jadi bahan renungan buat kita semua, sebagai generasi yang akan meneruskan bangsa ini, supaya bisa lebih “mengenal” Indonesia dengan cara menumbuhkan rasa patriotik atau Nasionalisme kita. Atau cara-cara yang digunakan kelompok KePaRad, seperti yang diceritakan di Negara Kelima, yang paling ampuh untuk generasi kita ini ?

Orisinalitas sebuah film

Masih ingatkah dengan pergelaran FFI 2006 yang penuh kontroversial saat itu ? Film Ekskul yang dinobatkan sebagai film terbaik ketika itu mengundang banyak protes dari berbagai pihak, terutama sekelompok filmaker2 muda yang membentuk kelompok MFI (Masyarakat Film Indonesia). Isi protesnya sebenernya cuma ketidakpuasan mereka atas menangnya film Ekskul sebagai film terbaik karena theme song yang digunakan film tersebut tidak orisinil dan merupakan bajakan dari film Hollywood yang cukup sukses juga yaitu, Gladiator & Munich.

Sampai akhirnya, dicopotlah gelar film terbaik dari Ekskul yang menjadi klimaks kasus FFI 2006 ini. Bisa dikatakan ini merupakan salah satu titik gelap dari dunia perfilman kita. Sebenernya kasus serupa pernah terjadi juga di ajang academy awards (Oscar) di tahun 1973 dan melibatkan film yang disebut-sebut sebagai film klasik terbaik sepanjang masa yang pernah dibuat oleh insan perfilman Hollywood, sebuah karya masterpiece Francis Ford Copolla, The Godfather. Ya... ketika itu film The Godfather meraih 11 nominasi dan 3 diantaranya meraih oscar termasuk film dan sutradara terbaik. Nino Rota, yang saat itu menjadi penata music dalam film tentang mafia tersebut, ikut meraih nominasi. Sudah hampir dipastikan ia juga akan ikut meraih Oscar secara theme song dari The Godfather hingga kina masih melekat di kuping dan hati kita senua bagi yang pernah nonton filmnya. Tapi apa kenyataannya, nominasinya pun dibatalkan karena ternyata, theme song yang digunakan adalah theme song dari film italia yang usianya 14 tahun lebih tua dari The Godfather judulnya, Fortunella. Kebetulan Nino Rota jugalah yang menjadi penata music di film ini. Tapi apakah dengan adanya kejadian ini, film The Godfather dicabut penghargaannya ? Selain masalah music, beberapa juga mengatakan film Ekskul ceritanya tidak orisinil. Mmmm.... sebenernya masih ada nggaks sih film yang orisinil sekarang ini ? Hampir 3 tahun belakangan ini (bukan data yang akurat juga sih, tapi kira2 aja) Hollywood udah jarang banget malah nyaris nggak ada lagi film yang orisinil. Mereka lebih banyak ngeluarin Sequel, Prequel, remake dan cerita yang diadaptasi dari novel / komik / TV Series. Tapi cerita yang keluar asli dari buah pemikirian si filmaker itu sendiri sudah sangat jarang sekali. Malah film terbaik tahun 2007 ini malah jatuh ke film yang jelas2 merupakan remake dari film sukses Hongkaong Infernal Affair... The Departed. Agak sedih sebenernya gw ngeliatnya, koq bisa film yang cuma mentranslate skenarionya aja dari dari bahasa mandarin ke inggris, mindahin setting lokasinya dari hong kong ke boston bisa jadi film terbaik ?!? Tambah lagi dengan film2 horror Jepang yang terus diremake oleh filmaker2 Hollywood yang akhirnya buat orang asia sendiri nggak seseram film aslinya. Bagaimana dengan sequel / prequel ? 2 hal itu kan sebenernya cuma meneruskan konsep yang udah ada aja. Bedanya kalo sequel meneruskan konsep ke depan kala prequel meneruskan kebelakang. Jadi si penulis skenario pun tinggal ngelanjutin cerita yang sebelumnya aja. Dengan karakter2 yang sama dan plot cerita yang udah ada tinggal ditambahin aja sana-sini, jadi deh sequel / prequel film. Tapi gimana dengan cerita asli sebuah film, yang benar2 keluar dari buah pemikiran dan imajinasi sang sutradara atau filmaker itu sendiri? seperti karya klasik sepanjang masa George Lucas, Star Wars ? atau bersama dengan Steven Spielberg keluar sebuah karya yang mastrerpiece juga, Indiana Jones? itulah yang emang sekarang jarang ditemuin di film2 saat ini. Ada beberapa sutradara yang memang banyak bermain di area ini sampai sekarang. Sebut saja Quentin Tarantino dan Guy Ritchie, 2 sutradara black comedy ini emang cukup suskses dengan cerita2 orisinilnya malah kadang2 nyeleneh. Tapi ya itu tadi, itulah buah pemikiran yang imajinatif dari seorang filmaker. ...... (Untuk lebih lengkap tentang Quentin Tarantino, tunggu di postingan berikutnya... hehehe). Balik lagi, apa ada yang salah dengan semua ini. Bisa dibilang nggak juga, itulah bisnis. Mungkin mereka sudah mulai kehabisan ide cerita, tetapi roda perekonomian kan harus terus berputar. Jadi untuk sementara, inilah jalan yang ditempuh oleh mereka. Meremake film dan membuat sequel/prequel merupakan jalan yang paling aman untuk ditempuh. Jadi kembali lagi, nggak fair juga kalo kita bilang film Ekskul ceritanya nggak orisinil. Emang benar mereka salah dengan menjiplak lagu luar, tapi bukan berarti harus mencabut gelar film terbaiknya kan? cukup dimeja hijaukan aja produsernya dan penata musiknya, beres! Justru cerita ekskul itu yang paling kuat dibanding saingan-saingannya dijajaran nominasi film terbaik (Denias, Ruang, Mendadak Dangdut, Heart). Yang harus dipertanyakan adalah kenapa film, yang sangat orisinil ceritanya, Berbagi Suami nggak masuk jajaran nominasi film terbaik ketika itu ?

Film Yang Bagus

Kemaren, gw lagi nongkrong di Dunkin Donuts pasar festival. Secara nggak sengaja, gw denger percakapan 2 orang (alias nguping). Orang yang pertama (sebut aja si A) nyuruh orang yang satunya lagi (si B) untuk beli DVD 3 buah dengan genre action. Setelah si B balik dan ngasih liat flmnya ke si A. si A minta 1 film untuk dituker sama film yang lain (gw liat itu film American Gangster) dan si A bilang "Film yang bagus itu kalo jagoannya cuma 1 musuhnya yang banyak, kalo jagoannya ada banyak filmnya udah nggak seru".
Mungkin dia liat cover American Gangster itu ada 2 tokoh, Russel Crow & Denzel Washington, jadi dia pikir jagoannya ada dua ;) Cuma yang bikin gw berpikir, bukan masalah jagoannya 1 atau berapa tapi parameter film bagus itu yang seperti apa sih ? Apa film yang sering ikut festival2 kelas dunia seperti Cannes udah pasti film bagus ? atau film yang menang kompetisi di ajang Golden Globe bahkan Oscar sekalipun udah pasti film bagus ? kalau film yang nggak pernah ikut kompetisi apa2 berarti film itu nggak bagus ? Gw punya pendapat sendiri tentang hal ini. Menurut gw film bagus itu tergantung dari orang yang menonton film tersebut. Apresisasi suatu karya seni khususnya dalam hal ini film, nggak bisa diukur dari penghargaan yang pernah dia dapet. Belum tentu film Titanic yang hampir memborong seluruh piala Oscar di tahun 1998 termasuk film terbaik itu bagus menurut gw. Film adalah suatu karya seni yang umumnya menyisipkan pesan2 idealis si pembuatnya dimana kalau kita bisa menangkap pesan tersebut, kita pasti bisa menyebut film itu adalah film yang bagus. Dengan budget yang besar, menggunakan kamera seluloid / digital, visual effect yang gila2an sampe aktor / aktris yang punya nama belum tentu film tersebut bisa kita bilang bagus. Hal ini udah dibuktikan oleh banyak film Hollywood tapi yang paling gress adalah Little Miss Sunshine. Film sederhana yang proses pembuatannya hampir memakan waktu 4 tahun karena kekurangan dana bisa menjadi film yang segar diantara film2 berbudget besar pada masanya karena memiliki storytelling dan pesan yang bagus dan aktual. Gimana dengan film indonesia ? apakah film2 lokal kita sudah dibilang bagus ? Balik lagi siapa yang menonton film tersebut. Film Kala karya Joko Anwar yang menurut gw film terbaik untuk tahun ini (IMHO loh ya) buktinya nggak bisa menembus pasar konsumen Indonesia. Selain karena promosi yang kurang, menurut gw penonton Indonesia belum menggemari film2 seperti itu. Mereka masih menyukai film2 yang renyah, ringan dan nggak banyak mikir. Itu kenapa akhir2 ini yang keluar di bioskop2 adalah film2 horror dan comedy. Sebenernya nggak ada yang salah dengan genre film2 tersebut, toh Jepang dan Thailand bisa memperoduksi beberapa film horror yang hasilnya cukup suskses dinegaranya bahkan di mancanegara. Tapi, apakah film2 tersebut udah cukup kalau kita bilang bagus ? semuanya balik lagi ke diri kita masing2. Sebuah film dibuat untuk dinikmati, seperti layaknya karya2 seni yang lain. Karena dengan begitulah kita bisa meng-apresiasi sebuah karya seni yang pada akhirnya akan keluar penilaian bahwa film tersebut bagus atau tidak. Konsep sebuah cerita yang unik dan berani keluar dari mainstream, apapun genrenya, umumnya orang akan menilai film tersebut adalah film yang bagus.

Figata Online © 2008. Template by Dicas Blogger.

TOPO